Jumat, Januari 30, 2009

renovasi, nikmatnya memperbarui identitas





“ Motornya dijual nggak mas?”…… suara berat mengejutkan terdengar di samping saya yang sedang asyik menelusuri jalanan kota Surabaya dengan sebuah motor Jepang keluaran awal tahun 70an. Refleks saya bilang……”enggak pak….ini pacar saya”.
Peristiwa itu terjadi dua belas tahun yang lalu, saat saya baru saja selesai kuliah dan menikmati gaji pertama dari pekerjaan resmi pertama. Sebenarnya saya sudah bekerja sejak kuliah, meski serabutan, sekedar cari tambahan uang kuliah.
Motor tua itu saya beli dari beasiswa pas-pasan yang saya terima di semester-semester akhir sebelum lulus kuliah. Karena sadar bahwa untuk menjadi seorang arsitek saya perlu kaki yang panjang, maka saya putuskan menyambung kaki dengan roda bermesin. Jika pilihannya adalah pada sebuah motor renta, itu semata karena terbatasnya dana, bukan karena penggemar fanatik barang antik. Otak kreatif saya mendorong untuk melakukan pembaruan pada motor tua itu di sana-sini. Lambat laun motor itu berubah dari seonggok besi tua bermesin, menjadi sebuah identitas yang layak jual. Hasilnya, mulut ini capek menolak tawaran orang yang ingin merebut kuda besi saya, seperti yang dilakukan seorang bapak di tengah jalan tadi.

Di jagat arsitektur, dikenal istilah RENOVASI (renovation), yang artinya kurang lebih adalah kegiatan untuk memperbarui kondisi suatu bangunan menjadi lebih baik (secara fisik) dan
Di dalam situs ensiklopedi bebas Wikipedia menyebutkan bahwa Renovation is the process of restoring or improving a structure.
Ada juga istilah make over, yang lazim dipakai oleh para penata rias untuk meningkatkan kualitas penampilan seseorang secara fisik, bukan otaknya.
Kegiatan renovasi secara umum ditujukan untuk mendapatkan tampilan dan kenyamanan yang lebih baik dari sebelumnya. Motivasi kegiatan renovasi didasari oleh banyak hal dan pertimbangan.

Tunjungan Plasa di Surabaya, mengalami renovasi cukup dramatis di tahun 2000an, sehingga kita tidak akan mendapati lagi karakter lama plasa terbesar di Surabaya ini yang dulunya dipenuhi dengan tempelan keramik kecil putih di dindingnya. Sekarang plasa itu telah berganti baju yang lebih modern, dipenuhi cladding aluminium beraneka warna dan orientasi alur, meninggalkan kenangan lamanya begitu saja, tanpa menyisakan sedikitpun sejarahnya. Agaknya pengelola ingin mall tertua itu ingin agar tampilan luar Tunjungan Plasa tetap bisa bersaing dengan pusat-pusat perbelanjaan baru yang tampilannya lebih “segar”. Arsitektur adalah advertisement, sebuah media promosi yang ampuh untuk menggegerkan sebuah kota.

Perumahan real estate dibangun dengan paradigma bahwa rumah yang ideal adalah seperti yang mereka bangun. Identitas menjadi pertimbangan yang ke sekian ribu. Oleh karena itu, rumah diperlakukan sebagai sebuah komoditi industri yang diproduksi masal. Tidak heran jika terjadi renovasi besar-besaran ketika rumah itu telah dihuni. Bisa karena alasan kebutuhan ruang, bisa juga karena alasan identitas. Harmonisasi tampilan yang dicita-citakan oleh developer, seketika berubah karena kebutuhan identitas yang berbeda oleh masing-masing pemilik rumah. Tidak mengherankan jika terdapat developer yang strictly melarang perubahan tampilan depan bangunan rumah untuk menjaga harmonisasi street picture. Arsitektur adalah ego dan identitas, yang didalamnya menyelinap kebanggaan. Jadi sangatlah wajar jika para penghuni perumahan real estate yang rumahnya seragam itu, melakukan renovasi untuk menemukan jatidirinya yang tidak mau disamakan dengan tetangga sebelah.

Norman Foster, ketika membuat desain untuk renovasi gedung parlemen di Berlin (Reichtag Dome), melakukan upaya yang sangat brilian. Gedung tua yang menjadi salah satu simbol kota Berlin itu dikawinkan dengan identitas arsitektur modern yang lebih universal. Dome yang terdapat di atas puncak gedung, dirubah dengan bahan metal dan kaca, bersanding mesra dengan bangunan utama berarsitektur klasik yang didominasi oleh material batu. Dome yang merupakan bagian kecil dari keseluruhan gedung, justru akhirnya menjadi ikon baru yang sangat terkenal dan mengundang orang untuk melihatnya. Karena dari atas gedung itu, masyarakat dapat melihat aktifitas para wakil rakyat yang sidang bersidang di dalamnya. Transparasi dome kaca di atas gedung parlemen telah menjadi media kontrol sosial yang cukup ampuh. Sebuah kegiatan renovasi yang sangat cerdas. Arsitektur adalah jejak sejarah, satu-satunya warisan sejarah yang bisa dinikmati visualnya secara optimal tanpa harus bayar. Renovasi pada bangunan mampu meninggalkan jejak sejarah yang membanggakan.

Seorang teman arsitek membeli rumah kosong sederhana produk era tahun 70-an yang sudah mulai lapuk dimakan usia. Rumah itu kondisinya mengenaskan, penuh jamur dan lembab pada dinding dan lantai, yang tentunya kurang baik bagi kesehatan penghuninya. Setelah dilihat, ternyata rumah itu dibangun tanpa pondasi batu kali, hanya roolaag batu-bata dan dinding bata tanpa semen, hanya mengandalkan campuran pasir-kapur-bubuk bata sebagai perekat. Karena kondisi keuangan yang terbatas, maka sangatlah tidak mungkin untuk merubuhkan bangunan lama itu dan menggantinya dengan yang baru. Maka otak kreatif sang pemilik yang arsitek itu berputar mencari alternatif untuk renovasi rumah sesuai dengan kemampuan finansial. Dinding bata setinggi 50 cm di atas lantai dibongkar diganti dengan pasangan trasraam untuk mencegah intrusi air tanah yang menyebabkan dinding lembab. Seluruh plesteran dinding dikupas, diganti dengan plesteran baru yang lebih waterproof. Hasilnya, rumah dinding tidak lagi berjamur dan lembab tanpa harus dilapisi dengan keramik yang jauh lebih mahal, cukup dengan teknik renovasi sederhana yang tepat guna. Perbaikan juga dilakukan di sana sini dengan teknik yang sederhana namun jitu dan biaya yang murah, menghasilkan sebuah rumah yang sangat nyaman dan berkarakter kuat, yang asalnya dari sebuah bangunan yang tidak pernah diminati orang untuk ditinggali. Sekarang harga jual rumah itu telah berlipat lima kali sejak dibeli sepuluh tahun yang lalu. Arsitektur adalah investasi, yang mampu menjadikan sebuah bangunan from nothing to everything. Renovasi yang cerdas, secara dramatis mampu meningkatkan nilai ekonomis sebuah bangunan.

Sebuah pabrik bir terbesar di Irlandia, Guiness, mempunyai sejarah panjang yang berkaitan dengan perjalanan sejarah kota Dublin. Jejak sejarah pabrik bir itu adalah jejak sejarah kota Dublin juga. Oleh karena itu, ketika pabrik membutuhkan gedung yang lebih untuk kantor pusat manajemen, maka upaya renovasi ditempuh untuk menjalin jejak sejarah. Sebuah gedung tertua dipilih untuk direnovasi dan dijadikan kator pusat sekaligus museum bir. Didalam gedung yang berarsitektur Gregorian itu, dijejalkan semangat baru dalam bentuk material struktur dan arsitektur serta mekanikal elektrikal yang canggih. Ekspresi dingin pada eksterior yang sangat dingin berbeda dengan ekpresi interior yang hangat. Permainan ruang yang apik tanpa mengganggu struktur utama yang renta, telah mampu menjadikan tempat ini menjadi salah satu tempat yang plaing atraktif di kota Dublin. Wisatawan yang berkunjung di kota itu tidak lega jika hanya mereguk bir kebanggaan Irlandia, mereka harus berkesempatan melihat pabriknya secara langsung. Untuk memanjakan para wisatawan, dibangunlah sebuah bar di atas gedung tua tersebut yang berlantai delapan, sebagai wahana menikmati kota Dublin dari atas ketinggian. Menikmati berbagai macam bir di atas ketinggian sambil menikmati view kota adalah pengalaman yang sangat mahal dan spesial. Arsitektur adalah representasi kota, yang mampu menjadikan sebuah kota dikenal secara luas. Renovasi yang strategis, mampu meningkatkan reputasi sebuah kota.

Berarsitektur bukan hanya kegiatan merancang sebuah wadah yang sama sekali baru. Renovasi merupakan salah satu kegiatan berarsitektur yang lebih menekankan pada upaya untuk meningkatkan kualitas sebuah bangunan yang sudah ada. Proses kreatif dalam renovasi adalah sebuah tantangan dengan segala kompleksitasnya. Mulai dari sekedar “menggunting rambut” sampai dengan upaya “face off”. Definisi arsitektur telah berkembang sedemikian luasnya, menciptakan cluster-cluster baru yang semakin menarik. Yang juga sangat penting adalah, upaya pemaknaan pada setiap proses kreatif dalam rangka berarsitektur itu. Upaya pemaknaan ini melahirkan strategi kreatif yang berbeda,

Memperbarui suatu benda dari kondisi yang usang menjadi lebih bernilai sudah lazim dilakukan orang. Tetapi tidak banyak orang yang sadar bahwa proses kreatif memperbarui itu merupakan satu kenikmatan sendiri, bukan hanya hasil akhirnya semata.

Beberapa bulan yang lalu, peristiwa serupa “pembajakan” motor di tengah jalan itu terjadi lagi.
Kali ini terjadi di sebuah bengkel cuci mobil, di saat saya hendak mencuci mobil yang lagi-lagi sebuah mobil tua yang sudah saya dandanin habis-habisan. Dari sebuah mobil tua pabrikan Amerika awal tahun 80-an yang penuh karat, menjadi sebuah identitas yang saya yakin mampu memikat 90% laki-laki di dunia ini.
Demi melihat mobil saya yang sedang dilap dengan lembut oleh para karyawan bengkel, seorang bapak datang menghampiri saya sambil berkata, “Mobilnya nggak dijual pak?”
………ampuuuuuuuuuuuuuuuun…………

Teks dan Foto Oleh :
Wahyu Setyawan

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Wah cerita soal pabrik Guinnesnya menarik yu, sebuah proses kreatif memberi makna baru akan sebuah tempat. Persis seperti blogmu ini jadi fresh kembali setelah sekian lama diam...seruuu ..:)

bob