Jumat, Januari 30, 2009

kekuatan sepenggal arsitektur jalanan






Philadelphia 20 tahun yang lalu adalah sebuah kota yang pemerintahannya bangkrut. Tingkat kriminalitasnya tertinggi di Amerika Serikat pada saat itu. Kota berubah menjadi sebuah arena “pertempuran sosial” yang mengerikan dimana keamanan menjadi sangat mahal. Kondisi fisik kota sangat kotor dan cenderung berubah menjadi kota yang ditinggalkan warganya. Graffiti (lukisan tembok) merajalela yang isinya penuh dengan sumpah serapah.
Menyadari akan bahanya kondisi tersebut, maka sektor swasta berinisiatif mengambil alih peran pembangunan di garda depan dengan menggerakkan seluruh potensi swasta untuk menghidupkan kota kembali. Hasilnya adalah sekarang Philadelphia menjadi salah satu kota yang paling atraktif di Amerika. Salah satu program yang dijalankan sejak kebangkitan kota itu adalah dengan menyelenggarakan program seni mural (Mural Arts Program/MAP) sebagai sarana kampanye pembangunan kota. MAP berusaha memanfaatkan tangan kreatif para seniman jalanan untuk membangkitan semangat warga untuk membangun kota.
Lewat tangan-tangan kreatif pekerja seni dan arsitek yang menjadi motor MAP, telah merubah dinding-dinding kosong yang banyak bertebaran di tengah kota, menjadi media komunikasi visual yang efektif untuk membangkitkan kepedulian warga setempat terhadap pembangunan kota.
Tema pada setiap mural tersebut bukanlah ide sang seniman, arsitek atau tokoh tertentu semata, melainkan merupakan hasil diskusi yang panjang dengan masyarakat setempat. Gambar yang muncul pada setiap mural merupakan refleksi dari pemikiran dan keinginan masyarakat sekitar lokasi mural itu dibuat. Bahkan di lingkungan semacam lembaga pemasyaraatan (House of Correction) telah mendidik para narapidana yang berbakat untuk membuat mural di lingkungan penjara yang misinya membangkitkan semangat berjuang untuk kembali hidup bermasyarakat. Mural yang dibuat selalu mengangat isu-isu penting bagi kota mulai dari isu lingkungan, rasial, kepahlawanan, olah raga, dan sebagainya, di mana di setiap mural tertulis juga seniman, penyandang dana dan pihak2 yang telah berjasa dalam upaya mewujudkannya. “That mural on the wall gives us hope. It gives us dignity manifest, to match the dignity we have within”, demikian kata salah seorang tokoh masyarakat kota itu.
Ukuran mural yang rata-rata raksasa itu (ada yang setinggi gedung empat lantai) dibuat dengan sedemikian detail dan menggunakan teknik yang tinggi, bahkan ada sebuah mural yang dibuat dengan menempelkan ribuan mozaik keramik berukuran 2x2cm pada sebuah dinding raksasa ruang parkir publik.
Lewat kegiatan yang dikordinasikan oleh organisasi non profit tersebut sejak tahun 1990an telah dibuat lebih dari 2600 mural yang bertebaran di seluruh penjuru kota, dan menjadi atraksi wisata (lebih dari 6000 pengunjung per tahun) yang spektakuler dan menjadi kebanggan warga kota Philadelphia.
Jane Golden, sang Direktur MAP, mengatakan “The making of a mural enters people’s collective memory as an extraordinary, positive moment in the neighborhood history”.
Agaknya lukisan dinding sebagai sebuah penggalan arsitektur dua dimensi di jalanan telah menjadikan Philadelphia menjadi kota yang mendunia dengan identitas yang sangat unik, CITY OF THOUSANDS MURAL.

(Wahyu Setyawan, Philadelphia, Oktober 2007)
Sumber foto : Koleksi Pribadi, diambil dengan kamera Digital SLR Canon EOS 350D.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Aku seneng denger cerita ini yu, komunitas masyarakat bisa digerakkan dengan mural.Dignity bisa terbangun, sebenarnya di jakarta kegiatan semacam ini sudah mulai kelihatan, sayang muatannya hanya diapresiasikan sebagai seni grafis, belum dicoba untuk diangkat sebagai slogan yg bisa membangun rasa bangga sebagai penduduk kota spt halnya Philadelpia. Yu coba kirim tulisan ini ke Kompas, di jaman kaya gini dimana orang mulai apatis thd segala hal,ide MAP ini bisa menjadi opsi yang menyegarkan

bob

wahyusetyawan mengatakan...

suwun cak.......
tulisanku ini telah dimuat di surabaya pos awal 2008...hehehe
tapi ide buat nulis di kompas boleh juga...ntar deh aku re-write.